Samudera Pasai: Gerbang Awal Masuknya Islam di Indonesia

Samudera Pasai: Gerbang Awal Masuknya Islam di Indonesia – Sejarah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari masuknya Islam yang membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari politik, sosial, budaya, hingga ekonomi. Salah satu titik awal penyebaran Islam di kepulauan ini adalah Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri di Aceh pada abad ke-13. Samudera Pasai bukan hanya sebuah kerajaan, melainkan juga pintu masuk yang mempertemukan Nusantara dengan dunia Islam yang lebih luas melalui perdagangan dan dakwah.

Sejarah Berdirinya Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai didirikan pada abad ke-13 di pesisir utara Sumatera. Letaknya yang strategis di Selat Malaka menjadikan wilayah ini sebagai pusat perdagangan internasional, tempat persinggahan kapal-kapal dari Arab, India, Persia, hingga Tiongkok.

Menurut catatan sejarah, kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu yang kemudian dikenal sebagai Sultan Malik al-Saleh setelah memeluk Islam. Ia memimpin sekitar tahun 1267–1297 M. Sumber mengenai keberadaan Samudera Pasai dapat ditemukan dalam berbagai catatan, salah satunya dari penjelajah Arab, Ibnu Battuta, yang singgah pada abad ke-14 dan mencatat bagaimana Islam berkembang di wilayah ini.

Berdirinya Samudera Pasai menandai lahirnya kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kehadiran kerajaan ini mempercepat penyebaran Islam di Sumatera, kemudian meluas ke Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku.

Peran Samudera Pasai dalam Penyebaran Islam

Samudera Pasai tidak hanya dikenal sebagai kerajaan dagang, tetapi juga pusat penyebaran agama Islam di Nusantara. Beberapa faktor yang membuat kerajaan ini berperan besar antara lain:

1. Perdagangan Internasional

Posisi Samudera Pasai di jalur pelayaran internasional menjadikannya pusat perdagangan yang ramai. Pedagang Muslim dari Gujarat, Arab, dan Persia membawa tidak hanya barang dagangan, tetapi juga ajaran Islam. Interaksi ini membuat Islam cepat diterima oleh masyarakat pesisir.

2. Dakwah Ulama dan Sufi

Selain pedagang, para ulama dan sufi memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam. Mereka menggunakan pendekatan budaya, seperti melalui seni, sastra, dan tradisi lokal, sehingga Islam mudah diterima tanpa benturan besar dengan kepercayaan sebelumnya.

3. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Dakwah

Samudera Pasai menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi. Bahasa ini kemudian berkembang menjadi bahasa dakwah Islam dan lingua franca perdagangan di seluruh Nusantara. Kitab-kitab agama juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, mempercepat penyebaran ajaran Islam.

4. Dukungan Sultan dan Pemerintahan

Para sultan Samudera Pasai sangat mendukung Islamisasi masyarakat. Bahkan, sistem pemerintahan mereka dijalankan berdasarkan syariat Islam, dengan gelar “sultan” sebagai tanda resmi kedaulatan.

5. Mata Uang Dirham Emas

Samudera Pasai dikenal sebagai kerajaan pertama di Nusantara yang menggunakan mata uang emas bertuliskan kalimat tauhid dan nama sultan. Hal ini tidak hanya memperlancar perdagangan, tetapi juga memperkuat identitas Islam di kawasan tersebut.

Kesimpulan

Samudera Pasai merupakan gerbang awal masuknya Islam ke Indonesia yang memiliki peran sangat penting dalam sejarah Nusantara. Melalui letaknya yang strategis, dukungan sultan, aktivitas perdagangan, serta peran ulama dan sufi, Islam berhasil menyebar dengan damai ke berbagai penjuru kepulauan.

Selain menjadi kerajaan dagang yang makmur, Samudera Pasai juga menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam pertama di Nusantara. Warisan dari kerajaan ini terus hidup dalam budaya, bahasa, dan identitas masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim hingga kini.

Dengan demikian, memahami sejarah Samudera Pasai bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menyadari bagaimana pertemuan antara agama, budaya, dan perdagangan mampu membentuk wajah Indonesia modern saat ini.

Scroll to Top